bisnis internet
Powered by Blogger.
RSS

Pages

Karya Sastra

Seperti juga senja yang ada di Kornish Nil, yang lama-kelamaan akan hilang ditelan kegelapan. Seperti itu juga hakikat dari sebuah kegembiraan yang akan sirna oleh kesedihan, keduanya akan berganti sesuai hukum Tuhan. Kegembiraan tidak ubahnya seperti keindahan senja yang hanya mampir sebentar dalam kehidupan, hanya beberapa detik, setelahnya akan datang masa gelap atau kesedihan. Sebenarnya kalau kita mau membuka sedikit mata, akan terlihat jelas bahwa diantara keduanya ada semacam keseimbangan yang tidak akan pernah terpisahakan, adanya keindahan senja karena adanya kegelapan malam, begitu pun dengan kegembiraan karena adanya kesedihan. Manusia bisa mengenal apa itu gembira, itu bukan lain karena manusia pernah merasakan sedih. Gembira dan sedih hakikatnya adalah gula-gula dan kenikmatan hidup terbesar yang diberikan oleh Tuhan kepada manusia. Seperti halnya keindahan senja dan kegelapan adalah keindahan dan dibaliknya ada manfaat yang besar untuk manusia juga.


Semuanya diciptakan oleh Tuhan untuk manusia, supaya manusia tidak bosan dengan kehidupan ini. Karena manusia mempunya nafsu yang selalu ingin perubahan, bukan suatu ketetapan yang membosankan. Tuhan menciptakan sedih setelah gembira atau sebaliknya, pada dasarnya untuk memberikan kenikmatan hidup bagi nafsu manusia. Maha besar Tuhan yang menciptakan segalanya dengan teratur!.

Senja di Kornish bukanlah sekedar sebuah senja biasa. Keindahan senja di tempat ini, bagi orang-orang Mesir dan orang yang pernah melihatnya dikatakan tidak kalahnya dengan keindahan senja di sungai Seine, Perancis. Warna keemasannya mampu membuat orang terhanyut ke sebuah dunia dengan keindahan tanpa batas. Matahari yang bulat berwarna merah kemas-emasan itu tidak hanya membuat Kornish Nil menjadi lebih indah, tapi juga membuat badan menjadi agak lebih hangat. Walaupun begitu, embun dan halimun putih tipis yang ada di permukaan sungai Nil tidak mau kalah dengan cahaya senja yang keemas-emasan. Kaliborasi antara warna merah keemas-emasan dengan halimun putih tipis menghasilkan paduan warna dan keindahan tersendiri, keindahan-keindahan itu tidak akan bisa diperlihatkan di tempat lainnya, belum lagi ditambah pergerakan air sungai Nil yang bergerak santun, membuat kondisi di Kornish Nil tidak bedanya dengan surga yang pernah diimpi-impikan oleh setiap orang.

Ketika berjalan atau berhenti sambil menikmati udara dan keindahan warna senja kemerah-merahan bercampur keemas-emasan itu, suasana hati akan ikut berbunga-bunga. Hati yang gelisah, lelah, penat, marah, atau lagi lesu akan segera terhempas hilang semuanya. Kata orang Mesir, berjalan di pinggiran sungai Nil atau di Kornis Nil akan membuat jiwa seseorang melayang-layang diantara hamparan keindahan tanpa batas, makanya tidak heran jika ada seorang pendatang mengatakan bahwa keindahan Kornish Nil seperti sebuah replika dari surga.

Cerita ini dimulai dengan kedatangan seorang pemuda berdarah Indonesia-Mesir yang bernama Khalil di Mesir, ia datang dengan mengemban amanat dan wasiat terakhir dari mendiang ayahnya. Ia datang ke Mesir untuk mencari dan menyatukan keluarganya yang sudah terpisah slama dua puluh tahun silam. Setibanya di Mesir, ternyata tidak mudah untuk mencari jejak ibu dan adik-adiknya yang sudah dua puluh tahun terpisah darinya itu. Selama berbulan-bulan ia berusaha terus-menerus mencari kalurganya itu, tapi tetap sulit mencari jejak keberadaan mereka. Hingga hari-harinya di Mesir membuatnya mengenang kembali kisah sedih dua puluh tahun silam. Akibat salah paham dan fitanah dari orang lain, kedua orang tuanya harus berpisah selama itu. Karena mengenang kisah sedih inilah, tanpa sengaja ia mulai putus asa dan selalu murung. Hampir hari-harinya selalu ia gunakan untuk melihat keindahan senja di Kornish Nil, tapi kenyataanya ia tidak mendapatkan apa-apa di sana, hanya membuat serpihan luka lama menjadi terkuak kembali.

Apakah Khalil bisa mengobati luka-lukanya yang terkuak kembali akibat sulitnya mencari keluarganya itu? Dan apakah Khalil mampu menemukan dan menyatukan kembali keluarganya yang terpisah? Dalam perjalanan ini, Khalil banyak sekali menemukan rintangan, termasuk keadaannya sendiri yang selalu bersedih hati dan tentang kisah cintanya dengan dua orang gadis Sophie dan Yasmin yang membuatnya bingung untuk memilih, disamping misteri sulitnya mendapatkan informasi keberadaan keluarganya di Mesir. Apakah Khalil mampu menyelesaikan semua masalahnya itu?. Tentunya semua akan terjawab di dalam kisah Senja di Kornish Nil. 

Penentram Jiwa saat Mabuk Asmara


Novel Tamasya di Taman Cinta
CINTA, memang sebuah tema yang nggak ada matinya. Di manapun, kapan pun, dan oleh siapapun akan selalu menarik untuk diperbincangkan. Sebab, cinta merupakan fitrah yang diberikan kepada manusia. Cinta bukan barang terlarang ataupun tercela. Namun, bolehkah cinta dibiarkan liar begitu saja?
Sejarah telah terhiasi dengan berjuta kisah cinta. Tanpa mengenal usia dan massa, cinta hinggap di setiap manusia, karena seseorang tiada bisa hidup tanpanya. Banyak yang berakhir tragis, pilu seperti hati tersayat sembilu. Tapi ada juga yang berakhir bahagia dengan senyum merekah, menghiasi setiap sudut kehidupan.
Tamasya di Kota Cinta ini adalah sebuah realita manusia yang hari ini jauh terperosok ke jurang kenistaan diakibatkan cinta. Bukankah begitu? Mereka telah terbang tinggi karena dimabuk cinta dan dirundung asmara. Apalagi, genderang pergaulan bebas telah ditabuh begitu kerasnya, membuat manusia semakin lupa daratan dan mempertuhankan hawa nafsu atas nama cinta. Sehingga setan pun semakin bertepuk tangan kegirangan karena berhasil menjauhkan manusia dari fitrahnya. Ya..kan?
Semakin populernya jejaring pertemanan seperti sekarang; friendster, myspace, dan facebook, juga memberikan andil besar serta memudahkan setan melemparkan jaring-jaring perangkapnya. Bak mata uang yang bermuka dua, jejaring sosial pertemanan yang memiliki seribu satu manfaat dari satu sisi, namun memiliki berjuta mudharat di sisi lain.
Sebuah  kasus  seperti yang terdapat dalam buku ini. Kasus yang menimpa Putri bukan nama sebenarnya, seorang gadis remaja berumur 15 tahun yang harus kehilangan ‘’mahkotanya’’, setelah dia terjebak dalam gelapnya dunia maya. Dia tertipu oleh rayuan seorang pria berumur 32 tahun yang dikenalkan melalui situs jejaring sosial. Berawal dari perkenalan melalui dunia maya, hubungan mereka berlanjut hingga dalam dunia nyata dan berakhir dalam jurang kenistaan.
Bahkan, 700 tokoh muslim di Surabaya menghawatirkan keberadaan facebook, dan mendesak ulama Jatim untuk mengeluarkan fatwa dalam menyikapi maraknya pengunaan facebook tersebut. Mereka menilai menjamurnya jejaring sosial tersebut dirasa akan memberikan dampak negatif bagi umat muslim di Indonesia, dan dapat digunakan untuk transaksi seks terselubung.
Dalam buku ini penulis juga menyo-roti tentang maraknya jejaring sosial dan dampak negatifnya dalam masyarakat muslim apalagi di kalangan pemuda. Buku ini sangat gamblang dalam membedah apa itu cinta? Bagaiman menyikapinya dan mengendalikannya?
Buku ini diawali dengan uraian memesona yang mengembuskan semilirnya angin cinta yang membuai, dengan selingan kisah-kisah percintaan dari generasi ke generasi yang menghadirkan romantisnya orang-orang yang dilanda asmara. Tersebutlah Qais yang tergila-gila dengan Laila, dan juga Qais yang rela mati demi kekasihnya Lubha. Selain itu, buku ini pun dihiasi dengan syair-syair romantis percintaan yang sering didendangkan oleh orang-orang yang dimabuk cinta.
Mengapa bisa demikian? Buku ini akan mengajak Anda menguak misteri cinta. Berkelana mengenal cinta lebih dalam. Tentang keindahannya, bahayanya, hal-hal yang dapat merusaknya, hingga kisah tragis dan bahagia orang-orang yang dibuai cinta. Asyik, dahsyat dan mendebarkan! Selamat menikmati!

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments:

Post a Comment

apa komentar mu?